Karamba Jala Apung (KJA) Waduk Gajah Mungkur-Potensi Perikanan Desa Sendang

  • Jan 18, 2018
  • sendang-wonogiri
  • BERITA, POTENSI DESA

[caption id="attachment_336" align="aligncenter" width="300"] (KJA di perairan Waduk Gajah Mungkur-Sendang)[/caption]

Potensi Desa Sendang - Waduk Gajah Mungkur adalah sebuah waduk dimana posisinya terletak di Desa Sendang atau 5 km di selatan Kota kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Saat Ini Pengelolaan waduk Gajah mungkur dioptimalkan oleh  masyarakat Desa Sendang & desa-desa di sekitarnya untuk pengelolaan budidaya ikan nila & patin disamping sebagai wahana wisata air.

Perairan pada  danau gajah mungkur ini dibuat dengan membendung sungai yang terpanjang di pulau Jawa yaitu sungai Bengawan Solo. Bengawan Solo yang airnya sering mengalami kekeringan di tampung di sebuah waduk bernama Waduk Gajah Mungkur.

Waduk Gajah mungkur di mulai dibangun pada akhir tahun 1970-an dan mulai beroperasi pada tahun 1978. Dalam jangka yang relatif sangat cepat sudah ada ratusan desa yang di pindah, saat itu dengan  istilah bedol desa.

Waduk Gajah Mungkur dengan wilayah seluas kurang lebih 8800 ha di 7 kecamatan. Waduk ini terbilang cukup besar selain untuk kepentingan irigasi sebenarnya untuk bidang perikanan potensi waduk tersebut sangat menjanjikan.

Untuk membangun waduk ini pemerintah memindahkan penduduk yang tergusur perairan waduk dengan transmigrasi Bedol Desa ke Sitiung, wilayah Provinsi Sumatera Barat.

Pemanfaatan waduk gajah mungkur dibidang perikanan dibagi menjadi dua, yaitu perikanan budidaya pada keramba jaring apung dan perikanan tangkap.

  1. Perikanan budidaya pada Keramba Jaring Apung (KJA)

Budidaya ikan dalam keramba jaring apung di Waduk gajah Mungkur semakin lama semakin berkembang. Pada tahun 1989 terdapat 45 petak KJA, pada tahun 1990 terdapat 250 petak KJA, tahun 2003 terdapat 450 KJA, sedangkan pada tahun 2008 terdapat 540 petak KJA. Tiap petak KJA berukuran 6 x 6 meter dengan tinggi 3 meter. Jenis ikan yang dipelihara adalah jenis ikan nila dan ikan patin. Namun setelah tahun 2000 hingga 2009 jenis ikan yang dipelihara hanya ikan nila, karena pertumbuhannya lebih cepat dan pemasarannya lebih mudah.

[caption id="attachment_338" align="aligncenter" width="300"] (Kelompok Tani Nelayan Mulya Barokah Sendang sedang merangkai KJA)[/caption] Budidaya ikan di waduk gajah Mungkur dilakukan oleh masyarakat dan PT aquafarm. Jumlah kelompok masyarakat pembudidaya ikan system KJA diwaduk gajah mungkur ada 41 kelompok, dengan masing-masing kelompok mempunyai 4-45 petak KJA. Saat ini jumlah KJA diwaduk Gajah Mungkur mencapai 1050 petak KJA yang terdiri dari 550 petak KJA milik Masyarakat dan 500 KJA milik PT Aquafarm.   [caption id="attachment_337" align="aligncenter" width="300"] (salah satu petani kja sedang memberi pakan pada ikan nila merah)[/caption] [caption id="attachment_343" align="aligncenter" width="300"] (Petani KJA memanen hasi budidaya Nila Merah)[/caption] [caption id="attachment_342" align="aligncenter" width="300"] (Benih ikan nila hasil pemijahan petani KJA)[/caption] Pemeliharaan nila yang dilakukan masyarakat yaitu 3-4 bulan dengan ukuran ikan dipanen 250-330 gr / ekor. Pemasaran ikan dilakukan oleh kelompok masyarakat yaitu rumah makan dan pasar lokal Wonogiri. Sedangkan pemeliharaan nila oleh PT aquafarm dilakukan selama 6-7 bulan dengan berat 700-800 gr/ekor. Hasil panen PT Aquafarm diekspor keluar negeri melalui PT Semarang Cold Storage di Semarang.   2. Perikanan Tangkap Waduk Gajah Mungkur Jumlah nelayan di waduk gajah mungkur pada tahun 2010 adalah 48 kelompok, dengan jumlah anggota nelayan sebanyak 1260 orang. Produksi perikanan tangkap 2010 sebesar 960 Ton yang didominasi oleh ikan nila, patin dan tawes. Alat tangkap yang digunakan meliputi gillnet, branjang, pancing dan perangkap. Hasil tangkapan perorang rata-rata 3-4 kg/perhari. Pada umumnya nelayan Gajah mungkur bukan nelayan tetap, namun ada pekerjaan lain seperti bertani, berdagang dan lain sebagainya. Salah satu upaya pemerintah daerah setempat untuk meningkatkan produksi perikanan tangkap adalah dengan cara penebaran benih ikan. Pada tahun 1981-2009 telah dilakukan penebaran benih ikan sebanyak 4.695.733 ekor ikan yang terdiri dari ikan tawes, nila, patin dan karper. PT Aquafarm dan kelompok nelayan telah menebar ikan sebanyak 846.000 ekor ikan terdiri dari nila, tawes dan patin.   Pada tahun 2002 Pusat Riset Perikanan Tangkap telah menebar benih ikan sebanyak 30.000 ekor untuk kepentingan penelitian.
  • Zona konservasi
Upaya konservasi untuk melindungi ikan agar tetap lestari juga telah dilakukan dengan pemetaan zonasi. Dalam Hal Ini Pemerintah Kabupaten Wonogiri sudah melakukan langkah-langkah konservasinya untuk waduk gajah mungkur. Langkah tersebut dengan menetapkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Retribusi Izin Usaha Perikanan di Perairan Waduk Serba Guna Gajah Mungkur Wonogiri yang didalamnya diatur tentang peta Zonasi Waduk Gajah mungkur untuk perikanan dan larangan menangkap ikan yang berukuran kurang dari 10 cm dan melepas kembali ikan yang mengalami kebuntingan atau sedang mengalami tingkat produktif.
  • Sumberdaya Ikan Waduk Gajah Mungkur
Jenis ikan asli di waduk gajah mungkur biasanya tidak berbeda dengan sungai asalnya, yaitu sungai bengawan solo. Di waduk gajah mungkur banyak ditemukan ikan asli dan ikan tebaran. Jenis ikan asli yang masih sering ditemukan adalah ikan sogo, lukas, palung, betutu. Jenis ikan tebaran yang sering ditemukan adalah nila, jambal, tawes, dan mujair. Jumlah jenis ikan di waduk gajah mungkur mencapai 20 jenis ikan terbanyak didominasi oleh ikan tawes, nila dan jambal/patin yang diperoleh dari hasil tangkapan dari berbagai alat tangkap, diantaranya merupakan ikan konsumsi yang bernilai ekonomis tinggi seperti ikan nila, jambal siam dan betutu. (agg1)