Hari Pendidikan Nasional, semoga semua masyarakat terdidik

  • May 03, 2018
  • sendang-wonogiri

Sendang-wonogiri.desa.id │ Mungkin masih ada yang bertanya, mengapa 2 Mei ditetapkan sebagai HARDIKNAS? Berdasarkan data yang admin ambil dari situs Wikipedia, Hari Pendidikan Nasional diperingati setiap tanggal 2 Mei yang bertepatan dengan hari ulang tahun Ki Hadjar Dewantara, seorang pahlawan nasional Indonesia. Sosok inilah yang pada akhirnya juga diusung sebagai Bapak Pendidikan Nasional.

Mengapa ia yang dikukuhkan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia? Karena keberaniannya dalam memperjuangkan hak pendidikan bagi rakyat Indonesia, dan berani menentang peraturan dari Hindia Belanda yang ketika itu hanya memperbolehkan rakyat Belanda serta yang kaya raya saja yang boleh menikmati bangku sekolah. Berangkat dari sejarah inilah Ki Hajar Dewantara resmi ditetapkan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia.

[caption id="attachment_2052" align="aligncenter" width="300"]hardiknas

Pendidikan di zaman penjajahan sangat terbatas (Dokumen desa.id - foto : pihak ketiga)

[/caption]

Hari ini, Rabu (2/5) kembali seluruh rakyat Indonesia memperingati HARDIKNAS. Hari kebanggaan bagi seluruh para penikmat pendidikan. Lalu apakah masih ada yang masih belum memahami benar tentang nikmatnya mengenyam sebuah pendidikan?. Kita semua tentu sepakat bahwa ilmu dan pengetahuan adalah modal dasar semua individu untuk menjalani setiap perjalanan hidup.

Bagi yang beruntung menikmati pendidikan melalui sekolah formal pasti bisa bercerita betapa menyenangkannya bermain dan berlari-lari di Taman Kanak-kanak. Lalu terasa asik saat bergurau bersama teman ketika duduk di Sekolah Dasar. Masa-masa SMP dan SMA juga bisa dikatakan masa-masa paling indah yang tidak mudah dilupakan begitu saja. Hingga masuk ke masa–masa di Perguruan Tinggi, jelas ini adalah moment penguatan kepribadian seseorang, karena tidak sedikit yang mengambil keputusannya disini untuk menentukan profesi dalam hidupnya.

[caption id="attachment_2051" align="aligncenter" width="300"]hardiknas

Pendidikan harus merata sampai ke pelosok desa (Dokumen desa.id - foto : pixabay)

[/caption]

Berbicara mengenai pendidikan dalam konteks sebuah sekolah, benar saja masih banyak tunas-tunas bangsa Indonesia yang hingga saat ini belum beruntung untuk menikmati senangnya mencari ilmu di sebuah sekolah. Pendidikan memang bisa dilakukan dimana saja. Tidak harus selalu berbentuk ruang kelas, lengkap dengan kursi dan meja serta seorang guru berseragam. Menurut saya ini hanya masalah keberuntungan saja. Esensi ilmu, pengetahuan ataupun wawasan tetap bisa dialirkan dengan tanpa mengurangi sedikitpun makna dan isinya.

Bentuk lain pendidikan formal yang marak saat ialah sistem belajar di rumah. Generasi muda yang juga memiliki kesibukan lain, banyak yang memilih jalur pendidikan seperti ini. Belajar di rumah dengan mendatangkan seorang guru dan dengan waktu yang lebih fleksibel. Semua ilmu yang dipelajari sama, karena ilmu bisa didapatkan dengan berbagai cara.

[caption id="attachment_2050" align="aligncenter" width="300"]hardiknas

Pendidikan sebagai jalan meniti kehidupan (Dokumen desa.id - foto : pihak ketiga)

[/caption]

Di beberapa tempat tertulis Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani konsep luar biasa pendidikan ki Hajar Dewantara. Umpama pendidikan informal di keluarga kita harus Sung Tulada yaitu selalu memberi contoh disetiap perintah dan kebijakannya, maka ketika keluarga harus jujur maka ayah dan ibu jujur dulu, anak-anak harus tertib sholat, ayah dan ibu harus tertib sholat dulu, dan seterusnya. Ing madya seorang istri harus selalu Mangun karsa, maksudnya mendukung suami pada kebijakan atau perintah yang baik, contoh : Suami mengajak selalu makan dirumah bersama, maka sang istri harus menyiapkan gizi dan makanan sesuai kemampuan keluarga, suami minta anak-anak tertib sholat 5 waktu di masjid maka istri harus sudah memandikan, menyiapkan dan mengingatkan anak-anak menjelang adzan, dll. Tut wuri handayani maka anak-anak tinggal berjalan sesuai anjuran, pembinaan kedua orang tua setiap hari yang sukses dan berhasil kelak akan handayani (bermanfaat) bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Berbagi, belajar dan mengenyam pendidikan sejatinya tidak harus melulu soal ilmu pasti. Tapi juga pembelajaran moral wajib dipahami. Tentang bagaimana hidup dengan ilmu sosialisasi yang baik, ilmu agama, ilmu bertetangga, hingga memahami apa dan bagaimana tentang sebuah kota yang menjadi tempat hidup kita. Karena bukan tidak mungkin suatu saat nanti generasi emas inilah yang akan menjadi pemimpin terbaik bagi desa, kota, negara atau bahkan dunia.

Selamat Hari Pendidikan Nasional. Ayo berbagi llmu kepada siapa saja dan kapan saja! (sumber : wikipedia & berbagai tulisan). (admin)