Apa itu penyakit paru obstruktif kronis?

  • Jan 12, 2019
  • sendang-wonogiri

[caption id="attachment_4308" align="aligncenter" width="218"]dr-ibnu

dr. Ibnu Pradatama, Puskesmas Wonogiri 1 (Dok. desa id - Foto : mBing)

[/caption]

WONOGIRI, sendang-wonogiri.desa.id │ Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) adalah penyakit inflamasi kronis pada paru yang menyebabkan gangguan aliran udara yang bersifat irreversibel. PPOK berbeda dengan asma karena pada asma inflamasi paru bersifat reversibel, artinya setelah inflamasi hilang, aliran udara kembali lancar dan pasien tidak mengeluhkan gejala.

PPOK merupakan penyakit progresif yang terjadi sudah lama, dan biasa manifes pada lansia dalam keadaan sudah parah. PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya. Bronkitis kronik merupakan kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk kronik berdahak minimal 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dua tahun berturut – turut, tidak disebabkan penyakit lainnya. Emfisema adalah suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli. Dari trakea, saluran pernapasan terbagi menjadi 2 cabang yang menuju paru-paru kiri dan kanan. Di dalam paru-paru, saluran pernapasan terbagi lagi menjadi banyak cabang yang berujung pada alveoli, tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida.

Paru-paru mengandalkan kelenturan alami dari saluran udara dan alveoli untuk mendorong udara berisi karbon dioksida keluar dari tubuh. Saat mengalami penyakit paru obstruktif kronis, baik alveoli dan seluruh cabang saluran napas menjadi tidak lentur lagi, sehingga sulit mendorong udara. Selain itu, saluran pernapasan juga menjadi edema dan menyempit, serta memproduksi banyak dahak. Akibatnya, karbon dioksida tidak dapat dikeluarkan dengan baik dan pasokan oksigen juga menjadi berkurang.

Sebagian besar penderita PPOK adalah orang-orang lanjut usia dan perokok, baik perokok aktif maupun pasif. Selain merokok, faktor resiko lain berupa paparan debu/polusi yang berulang-ulang. Penyakit ini jika tidak diobati dapat berlanjut menjadi penyakit jantung dan beresiko besar mengalami kanker paru.

Lalu apa sajakah tanda gejala PPOK? Pasien PPOK biasa mengeluh batuk berdahak lama yang tidak kunjung sembuh dengan dahak dapat berwarna kuning atau kehijauan. Saat bernapas, pasien merasa tersengal-sengal. Napas pasien dapat mengi atau berbunyi. Juga terdapat tanda gejala lain yang menyertai seperti lemas, nyeri dada, kaki bengkak dan bibir/kuku kebiruan serta penurunan berat badan. Penegakan diagnosis PPOK dilakukan melalui pemeriksaan spirometri dimana pada penderita PPOK, fungsi paru mengalami penurunan. Pemeriksan lain yang dilakukan berupa tes darah, rontgen thorax, dan pemeriksaan dahak.

Pengobatan penderita PPOK dilakukan untuk mencegah progresifitas dan mengurangi gejala dengan obat-obatan bronkodilator untuk melebarkan saluran nafas. Kortikosteroid diberikan untuk mengurangi inflamasi. Mukolitik dan ekspektoran untuk mengencerkan dahak serta antibiotik jika terdapat infeksi bakteri.

Pencegahan PPOK dilakukan dengan menghindari paparan asap rokok dengan cara tidak merokok atau berada dekat dengan orang yang merokok. Hindari pula polutan udara dengan memakai masker. Jalankan poa hidup sehat dengan makan makanan bergizi dan sehat serta olahraga teratur. (dr. Ibnu Pradatama / UPTD Puskesmas Wonogiri 1)